Di satu sisi, istilah full stack memang merujuk pada kemampuan untuk menangani berbagai aspek pengembangan aplikasi, baik frontend maupun backend. Namun, di sisi lain, batasan keahlian sering kali menjadi abu-abu, di mana developer dianggap mampu melakukan tugas-tugas yang bahkan di luar cakupan pemrograman.
Fenomena ini menggambarkan ekspektasi yang kadang tidak realistis dari perusahaan terhadap seorang full-stack developer. Akibatnya, muncul sindiran bahwa seorang full-stack developer harus menjadi "manusia serba bisa" yang menguasai segala hal, termasuk bermain basket untuk kompetisi antarperusahaan.