Jujur deh, bagi para pengguna motor roda dua, kita pasti pernah direpotkan oleh kelakuan para pengojek online ini. Semua gara-gara integrasi dengan smartphone yang merusak aliran laju motor mereka di jalanan.
Bayangkan ketika kita sedang menyetir secara konstan di jalan, seorang gojekers tiba-tiba melambat gara-gara mengecek handphonenya karena ada order masuk. Belum lagi gaya sradak-sruduk di jalanan khas pengendara motor brutal demi mengejar target bonus orderan. Jika ada oknum berperilaku "ngehe" seperti di atas, saya sering menyebut mereka FAQJEK.
Terlepas dari itu semua, fenomena faqjek ini cukup menarik di Indonesia. Mulai dari berita-berita resistensi di awal kemunculannya, hingga persoalan regulasi mengenai transportasi roda dua, semuanya memiliki sejarah sendiri.
Bagaimana pendapat Anda mengenai keberadaan ojeg online ini?