Kemudian, apa jadinya jika identitas di dunia maya Anda dianggap mencerminkan realitas diri Anda yang sesungguhnya. Selanjutnya, berbagai muntahan "brutal" isi kepala Anda ternyata bisa berdampak secara sistemik terhadap ditolaknya lamaran Anda di suatu perusahaan.
Adalah survey yang dilakukan di tahun 2010 lalu oleh Career Builder membuktikan hal tersebut. Satu di antara sepuluh orang ditolak lamaran kerjanya oleh tim rekrutmen perusahaan karena profil akun jejaring sosmednya memuat hal-hal yang berbau negatif (survey juga terus diupdate oleh perusahaan tersebut di akhir 2014 dan hasilnya mencerminkan hal yang sama).
Yang jelas berdasarkan hasil surveinya, hal-hal yang berbau negatif tersebut antara lain:
- Komentar rasis
- Postingan miras
- Memasang foto cabul
Untuk membuktikan hal tersebut, saya akan melakukan uji coba secara sederhana. Perhatikan komentar berikut; "Kalo cuma sekedar "kerja, kerja, kerja", monyet di hutan juga kerja.". Apakah komentar ini memiliki tone negatif bagi Anda? :D
Kesimpulannya, identitas dunia maya bukanlah hal yang digunakan untuk main-main. Di luar negeri, jejaring sosial seperti Linkedin digunakan sebagai CV dan portofolio daring (online). HRD perusahaan menjadikan situs tersebut sebagai rujukan untuk melihat keahlian seseorang di dunia maya. Di Indonesia sendiri, hal tersebut pelan-pelan mulai menggejala