Jika diteruskan, pembicaraan ini akan berujung kepada perang besar menjurus ke arah "sara". Menggunakan pengandaian, pembahasan mengenai closed source vs open source adalah perdebatan "agama" yang dapat memicu tensi tinggi di antara pemeluk-pemeluknya.
Terkadang saya merasa heran juga dengan tingkah laku budaya IT di Indonesia. Berbagai lembaga kursus, mulai dari yang mengenakan tarif bersahabat, hingga sampai yang mengenakan tarif ngajak ribut, mereka pasti menawarkan paket pelatihan software komersial dengan harga hingga 40 juta-an (3D Max).
Berbagai software mahal tersebut juga masuk dalam kurikulum pendidikan formal, seperti Microsoft Windows untuk OS-nya dan Microsoft Office untuk aplikasi perkantorannya. Lucunya di awal pembelajaran, ada materi tertentu yang menganjurkan untuk menghargai karya software orang lain, namun pembelajaran dilakukan menggunakan software-software bajakan.
Ironis bukan?